Oleh: Hj. Ummu Salamah, SH, Hajjam Sejak 1977, Indonesia menjalankan program imunisasi PD3I (Penyakit Dapat Dicegah dengan Imunisasi), yaitu TBC, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus dan... hepatitis B. Program itu dikukuhkan dengan Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992, berdasarkan kesepakatan dengan WHO dan Unicef. Sejarah vaksin modern yang dilakukan oleh Flexner Brothers, dapat di temukan bahwa kegiatan mereka dalam penelitian tentang vaksinasi pada manusia didanai oleh Keluarga Rockefeller. Rockefeller sendiri adalah salah satu keluarga Yahudi yang paling berpengaruh di dunia, dan mereka adalah bagian dari Zionisme Internasional. Kenyataannya, mereka adalah pendiri WHO dan lembaga strategis lainnya : The UN’s WHO was established by the Rockefeller family’s foundation in 1948 – the year after the same Rockefeller cohort established the CIA. Two years later the Rockefeller Foundation established the U.S. Government’s National Science Foundation, the National Institute of Health (NIH), and earlier, the nation’s Public Health Service (PHS). ~ Dr. Leonard Horowitz dalam “WHO Issues H1N1 Swine Flu Propaganda” Penguasaan mereka pada lembaga-lembaga strategis, sangat luar biasa. Dilihat dari latar belakang WHO, jelas bahwa vaksinasi modern (atau kita menyebutnya imunisasi) adalah salah satu campur tangan (Baca : konspirasi) Zionisme dengan tujuan untuk menguasai dan memperbudak seluruh dunia dalam “New World Order” mereka. Apa Kata Para Ilmuwan Tentang Vaksinasi? “Satu-satunya vaksin yang aman adalah vaksin yang tidak pernah digunakan.” ~ Dr. James R. Shannon, mantan direktur Institusi Kesehatan Nasional Amerika “Vaksin menipu tubuh supaya tidak lagi menimbulkan reaksi radang. Sehingga vaksin mengubah fungsi pencegahan sistem imun.” ~ Dr. Richard Moskowitz, Harvard University “Kanker pada dasarnya tidak dikenal sebelum kewajiban vaksinasi cacar mulai diperkenalkan. Saya telah menghadapi 200 kasus kanker, dan tak seorang pun dari mereka yang terkena kanker tidak mendapatkan vaksinasi sebelumnya.” ~ Dr. W.B. Clarke, peneliti kanker Inggris “Ketika vaksin dinyatakan aman, keamanannya adalah istilah relatif yang tidak dapat diartikan secara umum”. ~ dr. Harris Coulter, pakar vaksin internasional “Kasus polio meningkat secara cepat sejak vaksin dijalankan. Pada tahun 1957-1958 peningkatan sebesar 50%, dan tahun 1958-1959 peningkatan menjadi 80%.” ~ Dr. Bernard Greenberg, dalam sidang kongres AS tahun 1962 “Sebelum vaksinasi besar besaran 50 tahun yang lalu, di negara itu (Amerika) tidak terdapat wabah kanker, penyakit autoimun, dan kasus autisme.” ~ Neil Z. Miller, peneliti vaksin internasional “Vaksin bertanggung jawab terhadap peningkatan jumlah anak-anak dan orang dewasa yang mengalami gangguan sistem imun dan syarat, hiperaktif, kelemahan daya ingat, asma, sindrom keletihan kronis, lupus, artritis reumatiod, sklerosis multiple, dan bahkan epilepsi. Bahkan AIDS yang tidak pernah dikenal dua dekade lalu, menjadi wabah di seluruh dunia saat ini.” ~ Barbara Loe Fisher, Presiden Pusat Informasi Vaksin Nasional Amerika “Tak masuk akal memikirkan bahwa Anda bisa menyuntikkan nanah ke dalam tubuh anak kecil dan dengan proses tertentu akan meningkatkan kesehatan. Tubuh punya cara pertahanan tersendiri yang tergantung pada vitalitas saat itu. Jika dalam kondisi fit, tubuh akan mampu melawan semua infeksi, dan jika kondisinya sedang menurun, tidak akan mampu. Dan Anda tidak dapat mengubah kebugaran tubuh menjadi lebih baik dengan memasukkan racun apapun juga ke dalamnya.” ~ Dr. William Hay, dalam buku “Immunisation: The Reality behind the Myth” Imunisasi atau disebut juga vaksinasi, adalah suatu cara yang diyakini dapat melindungi orang dari penyakit. Vaksin dibuat dari virus atau bakteri patogen penyebab penyakit untuk disuntikkan ke tubuh, dengan harapan dapat membantu memerangi penyakit yang lebih ganas atau yang masuk secara alami. Tujuan utama vaksin adalah merangsang pembentukan antibodi dengan konsentrasi yang cukup tinggi, untuk menghentikan perjalanan patogen, sehingga mencegah terjangkitnya penyakit. Tapi, benarkah demikian? Sebelum menjawab pertanyaan itu, mari kita perhatikan cara pembuatan vaksin. Ada tiga jenis bahan utamanya, yaitu: kuman virus atau bakteri hidup atau mati, toksoid, dan DNA. Selain itu, ada bahan-bahan tambahan yang dipakai untuk menjalankan fungsi pembiakan vaksin. Sebagian dari bahan tambahan itu adalah: • Aluminium, ditambahkan pada vaksin dalam bentuk gel atau garam, untuk mendorong produksi antibodi, digunakan pada vaksin DPT, Dapt, dan Hepatitis B. Logam ini diduga sebagai pemicu kejang, Alzheimer, kerusakan otak, dan dementia (pikun). • Formaldehida/formalin, zat pecetus kanker (karsinogen), biasa dipakai untuk pembalsaman, fungisida, insektisida, pembuatan bahan peledak dan kain. Dalam vaksin, cairan formalin digunakan untuk menonaktifkan kuman. Menurut Sir Graham S. Wilson, pengarang buku The Hazards of immunization, formalin tidak memadai sebagai disinfektan. Kenyataan ini sudah diketahui puluhan tahun. Pemakaian berkelanjutan bahan yang tak bisa diandalkan dan berbahaya ini, jelas melanggar prinsip Non-malefisiensi (tidak merusak). • Gelatin, dikenal alergen atau pemicu alergi, ditemukan pada vaksin cacar air dan MMR. • Fenol, bahan dari tar batubara, digunakan dalam produk bahan pewarna, disinfektan, plastik, bahan pengawet, dan germisida. Pada dosis tertentu, bahan ini sangat beracun dan lebih bersifat membahayakan, daripada merangsang sistem imun. • Streptomisin, antibiotik yang diketahui alergen pada beberapa orang; ditemukan pada kedua bentuk vaksin polio. • Timerosal, bahan pengawet yang mengandung hampir 50% etilmerkuri, yang memiliki banyak kesamaan sifat dengan merkuri (air raksa). Selama beberapa dekade bahan ini digunakan pada hampir setiap vaksin di pasaran. Bahan-bahan itu memang dipakai dalam jumlah sedikit, tapi beracun atau alergen. Sekali disuntikkan ke aliran darah dan sistem imun yang belum matang pada anak, bahan ini tak bisa dibuang oleh empedu dan hati, karena produksi empedu belum sempurna. Formula dasar vaksin Ada tiga jenis vaksin, yaitu vaksin mati (tidak diaktif¬kan atau dimatikan), vaksin hidup dan vaksin rekombinasi DNA. Vaksin hidup dibuat dalam labolatorium dari organisme hidup (biasanya virus) penyebab penyakit. Vaksin hidup ini dilemahkan sehingga diharapkan dapat menyebabkan sistem imun tubuh. Contoh virus hidup yang dilemahkan adalah polio (yang ditelan), campak, gondong, cacar air, rubela dan demam kuning. Vaksin-vaksin bakteri hidup termasuk vaksin untuk demam tifoid dan vaksin Basilus Calmette Guerin (BCG) untuk tuberkulosis (TBC). Sebagian ahli berpendapat, pada bayi dan anak kecil, vaksin-vaksin ini bisa memiliki efek serius. Mereka menunjuk ke hubungannya dengan autisme dan penyakit auto-imun. Vaksin mati atau tidak aktif, mengandung semua atau sebagian dari organisme penyebab penyakit yang telah dibunuh atau dibuat tidak aktif. Tak seperti yang hidup, vaksin mati tidak bisa bereproduksi, sehingga tidak menyebabkan penyakit yang hendak dicegah. Hanya saja, vaksin ini memicu respons sistem imun lebih lemah dibandingkan vaksin hidup. Vaksin yang tidak aktif digunakan untuk kolera, Hepatitis A, influenza, pertusis (batuk rejan), polio (suntikan), rabies, dan tifoid. Vaksin Rekombinasi DNA dibuat dengan teknik genetika. Vaksin Hepatitis B adalah salah satu contohnya. Vaksin ini tidak menggunakan seluruh organisme, tapi mengambil gen-gen khusus dari bahan penimbul infeksi (virus, bakteri) dan menambahkannya ke dalam biakan virus. Untuk vaksin yang tidak dibuat dengan teknologi genetika, bakteri atau virus dilemahkan berulang-ulang melalui media biakan, misalnya sel-sel manusia (jaringan janin yang gugur), jaringan ginjal monyet, lambung babi, embrio ayam, sel-sel embrio marmut, atau serum anak sapi, untuk mengurangi keampuhannya. Vaksin yang telah diproduksi dan dikirim ke berbagai tempat di belahan bumi ini (terutama negara muslim, negara dunia ketiga, dan negara berkembang), adalah sebuah proyek untuk mengacaukan sifat dan watak generasi penerus di negara-negara tersebut. Vaksin tersebut dibiakkan di dalam tubuh manusia yang bahkan kita tidak ketahui sifat dan asal muasalnya. Kita tau bahwa vaksin didapat dari darah sang penderita penyakit yang telah berhasil melawan penyakit tersebut. Itu artinya dalam vaksin tersebut terdapat DNA sang inang dari tempat virus dibiakkan tersebut. Pernahkah anda berpikir apabila DNA orang asing ini tercampur dengan bayi yang masih dalam keadaan suci? DNA adalah berisi cetak biru atau rangkuman genetik leluhur-leluhur kita yang akan kita warisi. Termasuk sifat, watak, dan sejarah penyakitnya. Lalu apa jadinya apabila DNA orang yang tidak kita tau asal usul dan wataknya bila tercampur dengan bayi yang masih suci? Tentunya bayi tersebut akan mewarisi genetik DNA sang inang vaksin tersebut. Pernahkan anda terpikir apabila sang inang vaksin tersebut dipilih dari orang-orang yang terbuang, kriminal, pembunuh, pemerkosa, peminum alkohol, dan sebagainya? Dari banyak sumber di dapatkan bahwa, penelitian tentang virus dilakukan kepada para narapidana untuk menghemat biaya penelitian, atau malah mungkin hal itu disengaja? Babi dalam Vaksin. Penggunaan asam amino binatang babi dalam vaksin bukanlah berita yang baru. Bahkan kaum Muslim dan Yahudi banyak yang menentang hal ini karena babi memang diharamkan, seperti tertuang dalam Qur’an ayat berikut : “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Qur’an surah Al-Maidah (5) ayat 3 Bahkan dalam Perjanjian Lama (Taurat) juga disebutkan : “Jangan makan babi. Binatang itu haram karena walaupun kukunya terbelah, ia tidak memamah biak. Dagingnya tidak boleh dimakan dan bangkainya pun tak boleh disentuh karena binatang itu haram.” Imamat 11 : 7-8 1. Asam Amino manusia yang hanya sedikit berbeda dari binatang babi. Asam amino adalah salah satu penyusun protein pada makhluk hidup. Jika kita melihat insulin pada manusia dan babi, maka hanya akan terpaut satu daripada babi. Berikut penjelasannya : Insulin manusia : C256H381N65O76S6 MW=5807,7 Insulin babi : C257H383N65O77S6 MW=5777,6 Penjelasan : hanya 1 asam amino berbeda Insulin manusia : C256H381N65O76S6 MW=5807,7 Insulin sapi : C254H377N65O75S6 MW=5733,6 Penjelasan : ada 3 asam amino berbeda Para produsen vaksin mengatakan bahwa jika menggunakan asam amino babi, maka mereka tidak memerlukan banyak proses penelitian lagi karena hanya terpaut satu asam amino. Berbeda dengan sapi yang terpaut 3 asam amino “Secara chemisty, DNA manusia dan babi hanya beda 3 persen. Aplikasi teknologi transgenetika membuat organ penyusun tubuh babi akan semakin mirip dengan manusia.” ~ Dr. Muladno, ahli genetika molekuler di Fakultas Peternakan IPB Tapi sayangnya mereka lupa jika asam aminonya hampir identik berarti sama saja kita memakan daging manusia (kanibal), dan telah jelas bahwa kanibal dapat menyebabkan penyakit-penyakit genetik yang tidak bisa disembuhkan, termasuk penyakit syaraf dan lain-lain. Di China, terdapat sebuah desa yang gemar memakan daging manusia yang melintas di desanya, yang kemudian digunakan untuk sebuah perayaan. Mereka mengatakan bahwa rasa daging manusia mirip dengan rasa daging babi. 2. Sifat babi yang buruk dapat menurun kepada manusia yang memakannya. Seorang Imam Muslim bersama kawannya orang barat pernah melakuak test kepada 3 ekor babi dan 3 ekor ayam, masing masing adalah 2 jantan dan 1 betina. Dan hasilnya adalah : Ketika 2 ekor ayam jantan dan 1 ayam betina dilepas, maka 2 ayam jantan tersebut bertarung hingga satu tewas/kalah untuk merebutkan betina. Namun apa yang terjadi ketika 2 ekor babi jantan dan 1 ekor babi betina dilepas ? ternyata babi jantan yang satu membantu yang lain untuk melaksanakan hajat seksualnya pada si betina. Dan sang Imam berkata, “Inilah ! Daging babi itu membunuh ‘ghirah’ (rasa cemburu) orang yang memakannya dan ini terjadi pada kaum kalian.” Beberapa penelitian di barat juga banyak yang menyatakan bahwa memakan babi dapat mempengaruhi watak, resiko perselingkuhan, dan hasrat seksual yang melebihi ambang batas kewajaran sebagai manusia. 3. Tubuh babi dapat mengubah virus jinak menjadi ganas. Babi memiliki berbagai reseptor dalam tubuhnya yang dapat menjadikan virus jinak yang masuk ke dalam tubuh babi kemudian keluar dalam keadaan ganas, diantaranya reseptor yang sangat dikenal para ilmuwan adalah reseptor alfa 2,6 sialic acid untuk mengikat influenza manusia dan 2,3 sialic acid untuk mengikat virus influenza unggas. Virus-virus yang terikat ke dalam reseptor tersebut kemudian dapat berubah menjadi ganas. Selain itu reseptor-reseptor itu juga dapat mengikat dua jenis virus yang memiliki sifat yang berbeda, untuk kemudian di mixing menjadi satu virus ganas yang memiliki 2 sifat. 4. Banyaknya penyakit dalam tubuh Babi Kita sudah mengetahui sejak Sekolah Dasar dahulu bahwa babi mengandung cacing pita yang sangat berbahaya. Cacing pita bahkan dapat mengganggu sistem syaraf dan dapat masuk hingga otak manusia. Selain cacing pita masih banyak penyakit lainnya yang disebabkan oleh babi melalui bakteri, karena kebiasaannya yang senang memakan kotoran, bahkan kotorannya sendiri. 5. Sifat aneh babi lainnya. “Babi mempunyai sifat kembar antara binatang buas dan binatang jinak. Sifatnya yang menyerupai binatang buas adalah karena ia bertaring dan suka makan bangkai, sedangkan sifatnya yang menyerupai binatang jinak ialah karena ia berceracak dan makan rumput serta dedaunan lainnya. Babi memiliki syahwat yang amat kuat, hingga pada saat ia kawin (bersetubuh), pejantan bertengger di atas betinanya yang berjalan bermil-mil jauhnya. Pejantannya mengejar-ngejar betina demikian kasar hingga terjadi perkelahian yang mungkin menewaskan salah satu atau menewaskan kedua-duanya. Satu kali mengandung, babi betina dapat melahirkan dua puluh ekor anak. Pejantan mulai kawin bila telah berumur 8 bulan, sedangkan betinanya mulai melahirkan bila telah mencapai umur 6 bulan. Di beberapa negeri, babi kawin pada umur 4 bulan, betinanya mulai bunting setelah dikawini dan akan melahirkan setelah bunting selama enam atau tujuh bulan. Babi betina yang telah mencapai umur 15 tahun tidak dapat beranak. Jenis binatang ini adalah yang paling banyak mempunyai keturunan. Babi jantan merupakan binatang jantan yang paling tahan lama bertengger di atas betinanya (kawin). Yang mengherankan, jika sebelah matanya dicungkil ia segera mati. Babi memiliki kesamaan dengan manusia, yaitu kulitnya tidak dapat dikelupas kecuali jika dipotong lebih dulu daging yang berada di bawahnya.” ~ Kamal al-Din Muhammad ibn Musa al-Damiri, dalam Kitabul-Hayawan Al-Kubra Bencana akibat vaksin yang tidak pernah dipublikasikan. Di Amerika pada tahun 1991 – 1994 sebanyak 38.787 masalah kesehatan dilaporkan kepada Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) FDA. Dari jumlah ini 45% terjadi pada hari vaksinasi, 20% pada hari berikutnya dan 93% dalam waktu 2 mgg setelah vaksinasi. Kematian biasanya terjadi di kalangan anak anak usia 1-3 bulan.Pada 1986 ada 1300 kasus pertusis di Kansas dan 90% penderita adalah anak-anak yang telah mendapatkan vaksinasi ini sebelumnya. Kegagalan sejenis juga terjadi di Nova Scotia di mana pertusis telah muncul sekalipun telah dilakukan vaksinasi universal.Jerman mewajibkan vaksinasi tahun 1939. Jumlah kasus dipteri naik menjadi 150.000 kasus, di mana pada tahun yang sama, Norwegia yang tidak melakukan vaksinasi, kasus dipterinya hanya sebanyak 50 kasus. Penularan polio dalam skala besar, menyerang anak-anak di Nigeria Utara berpenduduk muslim. Hal itu terjadi setelah diberikan vaksinasi polio, sumbangan AS untuk penduduk muslim. Beberapa pemimpin Islam lokal menuduh Pemerintah Federal Nigeria menjadi bagian dari pelaksanaan rencana Amerika untuk menghabiskan orang-orang Muslim dengan menggunakan vaksin.Tahun 1989-1991 vaksin campak ”high titre” buatan Yugoslavia Edmonton-Zagreb diuji coba pada 1500 anak-anak miskin keturunan orang hitam dan latin, di kota Los Angeles, Meksiko, Haiti dan Afrika. Vaksin tersebut sangat direkomendasikan oleh WHO. Program dihentikan setelah di dapati banyak anak-anak meninggal dunia dalam jumlah yang besar.Vaksin campak menyebabkan penindasan terhadap sistem kekebalan tubuh anak-anak dalam waktu panjang selama 6 bulan sampai 3 tahun. Akibatnya anak-anak yang diberi vaksin mengalami penurunan kekebalan tubuh dan meninggal dunia dalam jumlah besar dari penyakit-penyakit lainnya WHO kemudian menarik vaksin-vaksin tersebut dari pasar di tahun 1992.Setiap program vaksin dari WHO di laksanakan di Afrika dan Negara-negara dunia ketiga lainnya, hampir selalu terdapat penjangkitan penyakit-penyakit berbahaya di lokasi program vaksin dilakukan. Virus HIV penyebab Aids di perkenalkan lewat program WHO melalui komunitas homoseksual melalui vaksin hepatitis dan masuk ke Afrika tengah melalui vaksin cacar.Desember 2002, Menteri Kesehatan Amerika, Tommy G. Thompson menyatakan, tidak merencanakan memberi suntikan vaksin cacar. Dia juga merekomendasikan kepada anggota kabinet lainnya untuk tidak meminta pelaksaanaan vaksin itu. Sejak vaksinasi massal diterapkan pada jutaan bayi, banyak dilaporkan berbagai gangguan serius pada otak, jantung, sistem metabolisme, dan gangguan lain mulai mengisi halaman-halaman jurnal kesehatan.Kenyataannya vaksin untuk janin telah digunakan untuk memasukan encephalomyelitis, dengan indikasi terjadi pembengkakan otak dan pendarahan di dalam. Bart Classen, seorang dokter dari Maryland, menerbitkan data yang memperlihatkan bahwa tingkat penyakit diabetes berkembang secara signifikan di Selandia Baru, setelah vaksin hepatitis B diberikan secara massal di kalangan anak-anak.Melaporkan bahwa, vaksin meningococcal merupakan ”Bom waktu bagi kesehatan penerima vaksin.”Anak-anak di Amerika Serikat mendapatkan vaksin yang berpotensi membahayakan dan dapat menyebabkan kerusakan permanen. Berbagai macam imunisasi misalnya, Vaksin-vaksin seperti Hepatitis B, DPT, Polio, MMR, Varicela (Cacar air) terbukti telah banyak memakan korban anak-anak Amerika sendiri, mereka menderita kelainan syaraf, anak-anak cacat, diabetes, autis, autoimun dan lain-lain.Vaksin cacar dipercayai bisa memberikan imunisasi kepada masyarakat terhadap cacar. Pada saat vaksin ini diluncurkan, sebenarnya kasus cacar sudah sedang menurun. Jepang mewajibkan suntikan vaksin pada 1872. Pada 1892, ada 165.774 kasus cacar dengan 29.979 berakhir dengan kematian walaupun adanya program vaksin.Pemaksaan vaksin cacar, di mana orang yang menolak bisa diperkarakan secara hukum, dilakukan di Inggris tahun 1867. Dalam 4 tahun, 97.5& masyarakat usia 2 sampai 50 tahun telah divaksinasi. Setahun kemudian Inggris merasakan epidemik cacar terburuknya dalam sejarah dengan 44.840 kematian. Antara 1871 – 1880 kasus cacar naik dari 28 menjadi 46 per 100.000 orang. Vaksin cacar tidak berhasil.Dan masih banyak lagi. Mengapa vaksin gagal melindungi terhadap penyakit? Walene James, pengarang buku Immunization: the Reality Behind The Myth, mengatakan respon inflamatori penuh diperlukan untuk menciptakan kekebalan nyata. Sebelum introduksi vaksin cacar dan gondok, kasus cacar dan gondok yang menimpa anak-anak adalah kasus tidak berbahaya. Vaksin “mengecoh” tubuh sehingga tubuh kita tidak menghasilkan respon inflamatory terhadap virus yang diinjeksi. SIDS (Sudden Infant Death Syndrome) naik dari 0.55 per 1000 orang di 1953 menjadi 12.8 per 1000 pada 1992 di Olmstead County, Minnesota. Puncak kejadian SIDS adalah umur 2 – 4 bulan, waktu di mana vaksin mulai diberikan kepada bayi. 85% kasus SIDS terjadi di 6 bulan pertama bayi. Persentase kasus SIDS telah naik dari 2.5 per 1000 menjadi 17.9 per 1000 dari 1953 sampai 1992. Naikan kematian akibat SIDS meningkat pada saat hampir semua penyakit anak-anak menurun karena perbaikan sanitasi dan kemajuan medikal kecuali SIDS. Kasus kematian SIDS meningkat pada saat jumlah vaksin yang diberikan kepada balita naik secara meyakinkan menjadi 36 per anak. Dr. W. Torch berhasil mendokumentasikan 12 kasus kematian pada anak-anak yang terjadi dalam 3,5 – 19 jam paska imunisasi DPT. Dia kemudian juga melaporkan 11 kasus kematian SIDS dan satu yang hampir mati 24 jam paska injeksi DPT. Saat dia mempelajari 70 kasus kematian SIDS, 2/3 korban adalah mereka yang baru divaksinasi mulai dari 1,5 hari sampai 3 minggu sebelumnya. Tidak ada satu kematian pun yang dihubungkan dengan vaksin. Vaksin dianggap hal yang mulia dan tidak ada pemberitaan negatif apapun mengenai mereka di media utama karena mereka begitu menguntungkan bagi perusahaan farmasi. Ada alasan yang valid untuk percaya bahwa vaksin bukan saja tak berguna dalam mencegah penyakit, tetapi mereka juga kontraproduktif karena melukai sistem kekebalan yang meningkatkan resiko kanker, penyakit kekebalan tubuh, dan SIDS yang menyebabkan cacat dan kematian. Lalu adakah imunisasi yang benar menurut Islam? Ada! Bahkan Rasulullah sendiri yang mengajarkan dan merekomendasikannya. Imam Bukhari dalam Shahih-nya men-takhrij hadits dari Asma’ binti Abi Bakr Dari Asma’ binti Abu Bakr bahwa dirinya ketika sedang mengandung Abdullah ibn Zubair di Mekah mengatakan, “Saya keluar dan aku sempurna hamilku 9 bulan, lalu aku datang ke madinah, aku turun di Quba’ dan aku melahirkan di sana, lalu aku pun mendatangi Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, maka beliau Shalallaahu alaihi wasalam menaruh Abdullah ibn Zubair di dalam kamarnya, lalu beliau Shalallaahu alaihi wasalam meminta kurma lalu mengunyahnya, kemudian beliau Shalallaahu alaihi wasalam memasukkan kurma yang sudah lumat itu ke dalam mulut Abdullah ibn Zubair. Dan itu adalah makanan yang pertama kali masuk ke mulutnya melalui Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, kemudian beliau men-tahnik-nya, lalu beliau Shalallaahu alaihi wasalam pun mendo’akannya dan mendoakan keberkahan kepadanya. Dalam shahihain -Shahih Bukhari dan Muslim- dari Abu Musa Al-Asy’ariy, “Anakku lahir, lalu aku membawa dan mendatangi Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, lalu beliau Shalallaahu alaihi wasalam memberinya nama Ibrahim dan kemudian men-tahnik-nya dengan kurma.” dalam riwayat Imam Bukhari ada tambahan: “maka beliau SAW mendoakan kebaikan dan memdoakan keberkahan baginya, lalu menyerahkan kembali kepadaku.” Bayi dilahirkan dalam keadaan kekurangan glukosa. Bahkan apabila tubuhnya menguning, maka bayi tersebut dipastikan membutuhkan glukosa dalam keadaan yang cukup untuknya. Bobot bayi saat lahir juga mempengaruhi kandungan glukosa dalam tubuhnya. Pada kasus bayi prematur yang beratnya kurang dari 2,5 kg, maka kandungan zat gulanya sangat kecil sekali, dimana pada sebagian kasus malah kurang dari 20 mg/100 ml darah. Adapun anak yang lahir dengan berat badan di atas 2,5 kg maka kadar gula dalam darahnya biasanya di atas 30 mg/100 ml. Kadar semacam ini berarti (20 atau 30 mg/100 ml darah) merupakan keadaan bahaya dalam ukuran kadar gula dalam darah.Hal ini bisa menyebabkan terjadinya berbagai penyakit, seperti bayi menolak untuk menyusui, otot-otot bayi melemas, aktivitas pernafasan terganggu dan kulit bayi menjadi kebiruan, kontraksi atau kejang-kejang. Terkadang bisa juga menyebabkan sejumlah penyakit yang berbahaya dan lama, seperti insomnia, lemah otak, gangguan syaraf, gangguan pendengaran, penglihatan, atau keduanya. Mayoritas atau bahkan semua bayi membutuhkan zat gula dalam bentuk glukosa seketika setelah lahir, maka memberikan kurma yang sudah dilumat bisa menjauhkan sang bayi dari kekurangan kadar gula yang berlipat-lipat. Disunnahkannya tahnik kepada bayi adalah obat sekaligus tindakan preventif yang memiliki fungsi penting, dan ini adalah mukjizat kenabian Muhammad SAW secara medis dimana sejarah kemanusiaan tidak pernah mengetahui hal itu sebelumnya, bahkan kini manusia tahu bahayanya kekurangan kadar glukosa dalam darah bayi. Tahnik sebaiknya dilakukan oleh orang-orang yang beriman kepada Allah, atau dapat pula dilakukan ayah atau ibu sang bayi. Penutup Imunisasi yang selama ini digembar-gemborkan oleh Zionis dapat berdampak kepada masalah yang sangat serius bagi kehidupan penduduk dunia. Mereka yang bertujuan untuk menjadikan ras lainnya berada di bawah kekuasaan mereka dengan berbagai cara. Bahkan Allah telah menyuruh kita berhati-hati terdadap berita dari mereka : “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” Qur’an surah Al-Hujuraat (49) : 6 Masih banyak yang belum diketahui tentang efek dari vaksin rekombinasi DNA. Para ahli mengatakan, vaksin rekombinasi DNA lebih efektif dan aman dari jenis vaksin lain karena tidak mengandung seluruh bahan infeksi. Tapi kekhawatiran terbesar pada vaksin ini adalah sistem imun tubuh memroduksi antibodi-antibodi, yang pada gilirannya menyerang bagian-bagian tubuh. Semua virus mati atau hidup mengandung DNA dan RNA, yaitu materi pembawa genetik. Ketika vaksin dibuat, virus-virus itu ditempatkan dalam suatu media biakan. DNA dan RNA dari virus bisa ditangkap oleh sel-sel hewan dalam biakan. Sel-sel tempat RNA virus yang menyatu dengan DNA sel-sel hewan disebut provirus. Provirus bisa tetap tidak aktif (tidur) dalam tubuh selama bertahun-tahun. Jika menjadi aktif, banyak ahli percaya provirus bertanggungjawab atas kelainan autoimun, yaitu ketika sistem imun tidak bisa membedakan jaringannya sendiri dari benda asing penyerang, dengan demikian tubuh menyerang dirinya sendiri. Termasuk dalam penyakit autoimun adalah diabetes, rematoid artritis, dan asma. Selain itu, protein hewan dalam biakan tidak dicerna tubuh manusia, dan protein yang tidak dicerna adalah penyebab utama alergi. Protein yang tidak dicerna juga bisa menyerang lapisan dinding pelindung sel-sel syaraf dan menimbulkan masalah syaraf. Cobalah renungkan dengan seksama.Jemaah Haji, Calon pengantin, ibu hamil,anak-anak-, Bayi-bayi yang tidak berdosa diberi virus-virus itu dengan maksud agar kebal terhadap penyakit. Faktanya, dalam praktik di lapangan, banyak kematian dan cacat pada bayi, anak, atau orang dewasa, akibat dari penanaman virus-virus tersebut. Alasan besar di balik bertahannya proyek imunisasi atau vaksinasi adalah bisnis besar. Badan peneliti teknologi tinggi Internasional Frost and Sullivan menggambarkan pasar vaksin manusia dunia meroket dari US$ 2,9 milyar pada 1995 menjadi lebih dari US$ 7 milyar pada 2001. Rasulullah saw sesungguhnya telah memberikan contoh menyangkut metode kesehatan, yang dinamakan Athibunabawy. Menurut Syeh Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, Athibunabawy bersifat pasti, bernuansa Ilahi. Artinya, Atibunabawy adalah bagian dari akidah dan iman. Atibunabawy terbagi menjadi empat macam. Pertama, Hijamah/bekam, yakni terapi menyentuh yang sakit, urut, refleksi. Kedua, All Khustul bahri, Al habatusaudah, Al Assabah (Madu), dan obat-obat alami berupa tanaman di sekitar kita, seperti kencur, jahe, temulakawak dan lain-lain. Ketiga, Ar Rukyah, yakni bacaan-bacaan yang dilafazkan dari Al-Qur’an dan As Sunah. Keempat, gabungan dari ketiganya. Pencegahan penyakit yang harus diupayakan seluruh manusia adalah meningkatkan kekebalan tubuh secara alami, yaitu dengan memakan makanan yang halal lagi baik, menuruti seluruh aturan Allah swt, dan menjauhi seluruh laranganNya. Negara wajib memelihara kesehatan masyarakat dengan pengawasan ketat terhadap perdagangan sayur mayur, hewan potong dan segala bahan makanan dan minuman, agar bebas dari zat-zat kimia sintetis dan pengawet berbahaya. Inilah upaya yang harus terus diperjuangkan demi tercapainya generasi Indonesia sehat, cerdas, berkualitas dan beriman. Untuk lebih jelasnya Baca buku "Imunisasi Dampak Konspirasi & solusi sehat ala Rasulullah SAW *)
Pondok Sehat An-Nabawiyah 081398665033 Email: layananumat@gmail.com
Oleh: Ummu Salamah Al-Hajjam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar